
Jember - Duduk di sebuah kursi goyang di rumahnya, penampilan Muarif bak Pangeran Diponegoro. Di hadapan enam orang yang menatapnya dengan takjub, ia menawarkan emas yang dijual harus dengan stempel SBY.
Kisah emas berstempel SBY ini yang bikin mangkel Musliman. Pria yang disapa ustadz ini mengaku kena tipu Muarif bersama lima orang lainnya. Ia mengadukan ulah Muarif ini ke Afton Ilman Huda, mantan anggota DPRD Jember, yang langsung melaporkannya via ponsel ke kepolisian.
Sepulang dari Solo, medio Februari silam, Musliman diajak salah satu kawan ke rumah Muarif di Dusun Garahan Kecamatan Jelbuk. Di sana sudah ada beberapa orang lainnya, yang semuanya menghormat penuh takzim kepada Muarif yang berusia 80 tahun itu.
Kepada Musliman, Muarif menawarkan hidup enak. "Daripada payah-payah, lebih baik ikut Mbah saja. Biar sukses, biar bisa beli mobil, biar bisa naik haji," kata Muarif, ditirukan Musliman.
Gaya Muarif sebagai guru spiritual meyakinkan. Apalagi di meja rumahnya, ada beberapa foto Muarif sedang bersalaman dengan Megawati Sukarnoputri dan SBY. Ada foto mantan Presiden Suharto saat sakit, dan Muarif tampak 'nyempil' di antara orang-orang di belakang Suharto.
Tanggal 1 Maret 2009 malam, delapan orang diajak beristigosah (berdoa bersama-sama) di rumah Muarif. Sebelumnya, Muarif menunjukkan sebuah kotak dari kayu berukuran 1 kali 1,5 meter. "Kami disuruh mengangkat kotak itu bersama-sama. Karena kosong, kotak itu ringan," kata Musliman.
Usai istigosah, kotak ditunjukkan kembali. Kali ini kotak itu menjadi berat. Musliman memperkirakan beratnya sekitar 3 kuintal. Ternyata di dalamnya terdapat butiran batu-batu kecil seperti emas. Dari sinilah Muarif menjanjikan kotak itu akan berada di rumah delapan orang itu secara gaib.
Tentunya tidak gratis. Untuk Pendaftaran awal agar disambangi kotak itu, Muarif memancang tarif Rp 3,5 juta, Rp 2 juta untuk mahar, dan Rp 1,5 juta untuk kunci kotak ajaib itu. Ingin mempercepat proses gaib? Gampang, tinggal tambah Rp 9 juta saja. Sebelumnya, delapan orang itu juga diminta membayar Rp 400 ribu untuk uang 'slametan' atau istigosah tadi.
Musliman kontan ngiler. Apalagi terbukti kemudian, kotak itu memang berada di rumah masing-masing orang, saat dicek bersama-sama Muarif. Butiran emas di dalamnya pun, menurut Musliman, "emas murni.
Sudah dicek ke toko emas. Kata Muarif, emas itu tidak bisa dijual sembarangan, harus dijual ke Semarang, harus pakai stempel SBY. "Musliman membayar Rp 9 juta. Maksud hati ingin proses gaib dipercepat. Namun ternyata janji tinggal janji. Kotak itu tak datang. Musliman marah dan menelpon Muarif. Namun, Muarif hanya menenangkan.
Dengan penuh kemarahan, Musliman mendatangi rumah Muarif untuk menuntut kembali uangnya. Muarif sulit ditemui. Ternyata orang-orang yang lain juga merasa kena kibul. Namun mereka kesulitan menagih uang tersebut.
"Saya sudah laporkan ini secara lisan ke Polwil Besuki. Besok, Pak Musliman akan mendatangi Polwil untuk melaporkan kejadian ini," kata Afton Ilman Huda, di kediamannya, Jumat (6/11). [beritajatim.com/bar]
sumber:inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar Anda disini